essai

EKSISTENSI KEMANUSIAAN DALAM IDUL ADHA

Idul adha merupakan hari raya umat Islam yang jatuh pada 10 Dzulhijjah. Pada Idul adha, Allah memerintahkan untuk berkurban sebagai bentuk syukur umat Islam atas nikmat yang telah diberikan Allah kepada kita, karena telah menghilangkan tradisi pengurbanan manusia melalui menggantinya dengan seekor domba. Penggantian tersebut berasal dari momentum Nabi Ibrahim yang mendapat perintah untuk menyembelih putranya Nabi Ismail.

Nabi Ismail adalah putra yang sangat dinanti-nantikan kelahirannya oleh Nabi Ibrahim yang telah berumur sekitar 86 tahun. Tetapi kala putranya beranjak besar, Allah justru memerintahkannya untuk mengurbankan anaknya. Maka dengan berat hati, Nabi Ibrahim melaksanakan perintah Allah setelah mendapat persetujuan dari putranya. Nabi Ismail secara sukarela mengurbankan dirinya karena ketaatannya pada Allah. Kala Nabi Ibrahim akan menyembelih putranya, beliau benar-benar telah ikhlas dan percaya bahwa apa yang diperintahkan Allah pasti memiliki maksud dan tujuan yang baik. Namun, tak disangka-sangka tiba-tiba Allah menyuruh menghentikan perbuatannya. Allah membebaskan kurban perasaan mereka sebagai imbalan keikhlasan mereka, Allah mencukupkannya dengan penyembelihan seekor kambing sebagai kurban.

Eksistensi kurban dalam idul adha merupakan perlambang bahwa proses penyembahan dengan cara pengurbanan manusia tidak lagi berlaku dalam kehidupan. Sebab manusia adalah makhluk mulia yang tak pantas dikurbankan secara cuma-cuma, meskipun dilakukan dengan sukarela. Allah sendiri yang telah melarangnya, dengan Kuasa-Nya Allah mengganti Ismail yang akan disembelih dengan seekor kambing. Penggantian dengan seekor kambing merupakan simbol pelepasaan diri dari sifat-sifat buruk kebinatangan.

Melalui idul adha Allah memberi pepeling kepada kita bahwa sejatinya manusia adalah sebaik-baik makhluk yang diciptakannya di dunia karena akal yang dimilikinya. Berbeda dengan makhluk ciptaannya yang lain. Oleh karena itu hendaknya kita selalu meningkatkan ketaqwaan kepada Allah dan menumbuhkan nilai-nilai kebaikan dengan menghapus sifat-sifat kebinatangan dalam diri. Wallahu a’alam. 

Penulis: Naila Izzatuz Zuhroh

Leave a Reply