Oleh: Naila Izzatuz Zuhroh
Tradisi dan modernisasi merupakan dua hal kontradiktif yang berjalan beriringan dan melekat dalam kehidupan sosial. Menurut pandangan Islam keduanya sama-sama memiliki bagian penting dalam kehidupan. Keduanya adalah bagian dari pernak-pernik kehidupan yang bisa kita jadikan sebagai pelajaran.
Tradisi dalam Islam, menempati bagian dalam sisi keimanan seseorang. Tradisi merupakan bagian dari identitas bangsa. Mencintai bangsa merupakan bagian dari keimanan atau yang lebih sering kita istilahkan dengan hubbul wathan minal iman. Melalui pepatah tersebut bisa dikatakan bahwa mencintai tradisi merupakan bagian dari iman. Selain itu tradisi dalam Islam juga merupakan hal yang bisa dijadikan landasan hukum.
Sedangkan modernisasi adalah transformasi dari keadaan masyarakat yang kurang berkembang ke arah yang lebih maju untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Islam adalah agama universal yang tidak akan membelenggu manusia untuk bersikap maju, akan tetapi harus berpedoman kepada ajaran Islam. Modernisasi adalah wujud apresiasi dari perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam Islam menuntut Ilmu adalah hal yang wajib. Jadi menutup akses modernisasi sama artinya dengan menutup dunia dari ilmu pengetahuan.
Tetapi perlu digarisbawahi bahwa tidak semua modernisasi merupakan hal baik untuk dikonsumsi. Tetap harus pintar memilah dan memilih mana yang bisa digunakan, mana yang harus dihilangkan. Sebab dalam beberapa perspektif, modernisasi dianggap sebagai produk barat yang sama dengan westernisasi. Modernisasi dianggap sebagai hal yang harus dihindari karena dinilai akan memunculkan sekulerisasi/ mengesampingkan agama juga menimbulkan adopsi budaya barat yang negative seperti pergaulan bebas, budaya konsumtif, komunitas pride dan lainnya. Padahal jika diamati lebih teliti westernisasi dan modernisasi merupakan hal yang jauh berbeda.
Dunia terus bergerak ke masa modern tanpa bisa dihentikan. Sedangkan tradisi yang menjadi kebiasaan keseharian kita kelamaan mengalami beberapa perubahan. Tanpa kita sadari modernisasi melahap habis tradisi yang tertancap dalam bangsa kita. Padahal dalam Islam kedua hal tersebut merupakan hal yang sama penting. Menyikapi ambiguitas tersebut maka diperlukan langkah berpikir secara analogis untuk menjaga keduanya tetap seimbang dalam hidup kita. Langkah tersebut bisa dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk menampilkan budaya dan tradisi yang telah kita punya atau dengan menciptakan sebuah mahakarya yang di dalamnya memuat perpaduan tradisi dan modernisasi.
Dengan begitu kita dapat menjaga tradisi melaju beriringan dengan laju modernisasi. Muslim yang baik tak akan meninggalkan tradisi yang telah menjadi jati diri. Muslim yang baik juga tak akan menolak untuk bermodernisasi.
Gambar: https://bogordaily.net/