Artikel

NASIONALISME DENGAN KEARIFAN PESANTREN

Oleh: Fauziah Wahzuni

Nasionalisme memiliki makna beragam, mendalam, juga saling berkaitan. Umunya nasionalisme didefinisikan sebagai paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri. Kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara potensial atau aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabadikan identitas, integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa. Nasionalisme acapkali divisualisasikan dalam wujud sikap maupun event-event bernuansa patriotic. Sejalan dengan kondisi Masyarakat yang multikultur, maka tak heran jika pemaknaan nasionalisme pun menjadi plural dengan kearifan masing-masing, tak terkecuali bagi kaum santri.

Dalam kesehariannya santri memang berkutat dengan prose gulawentah wawasan agama dan kepesantrenan dengan menanamkan nilai akidah, moral, menghafal bait, membaca literatur salaf, berorganisasi dan lain-lain. Namun bukan berarti santri membangun hierarki baru yang berdikari. Santri tetaplah anak negeri yang terus mengabdi dan mendedikasikan diri untuk negeri.

Kita bisa mengambil contoh sederhana dari peringatan hari kemerdekaan. Jika di luar sana upacara bendera dilaksanakan sedemikian rupa dengan protocol formal, maka santri dengan alanya memberi instruksi pada peserta upacara untuk sejenak bersama mengenang jasa para pahlawan pendahulu dengan membaca fatihah. Jika di luar sana jiwa nasionalisme dipupuk dengan mengajak generasi muda memvisualisasikan perjuangan pahlawan dengan teatrikal drama spektakular atau membuat Mendeley epik dari lagu-lagu daerah, maka santri kembali dengan alanya sendiri menggelar teatrikal sederhana mengulik kisah kontribusi ulama dan masyayikh dalam proses perjuangan kemerdekaan bangsa yang jarang dibahas di buku Sejarah atau dengan mengadakan majlis sholawat Bersama yang diselingi syiir-syiir kreasi bernuansa patriotic, sederhana bukan?  

Bukankah menjadi warga taat peraturan juga wujud nasionalisme?

Bukankah menjadi pelajar gigih dan berprestasi juga wujud nasionalisme?

Bukankah mencintai produk dalam negeri juga wujud nasionalisme?

Karena tak ada yang salah atau benar dalam pemaknaan nasionalisme oleh siapapun dan dengan wujud apapun asal masih berjalan pada koridor serta sesuai dengan sila dan norma yang ada.

Leave a Reply