Berita

HUMAPON 2024: PARTISIPASI SANTRI SEBAGAI WUJUD MENCINTAI BUDAYA NEGERI

almardliyahppbu.com – (27/01) Antusiasme dalam semarak perayaan Humapon masih terngiang jelas pada tiap santri bahrul Ulum Tambakberas. Peringatan haul masyayikh pondok pesantren (HUMAPON red) dilaksanakan dengan meriah di lapangan Untung Suropati pada 27 Januari 2024 kemarin. Peringatan haul yang juga termasuk rutinitas tahunan ini dibuka dengan kirab budaya antar ribath baik putra maupun putri yang bertemakan ‘MENGUKUHKAN PERSAUDARAAN DEMI MEWUJUDKAN PERSATUAN MENUJU PERADABAN’. Juga lomba balon hias antar organisasi daerah, dan persembahan drama parodi juga tari adat oleh perwakilan madrasah. Disusul dengan pemukulan gong oleh jajaran majelis pengasuh dan pengurus Yayasan Bahrul Ulum sebagai simbol resmi dibukanya Humapon tahun ini.

Dalam kesempatan kali ini pondok almardliyah putri mendapatkan tema budaya Denpasar Bali. ‘Sagilik Saguluk, Salunglung Sabayantaka, Paras Paros Sarpanaya, Saling Asah Asih Asuh’, merupakan pepatah Bali yang memiliki arti mendalam tentang moral dan toleransi yang terpilih menjadi motto yang dipilih dalam kirab budaya Pondok Pesantren al Mardliyah pada tahun ini. Motto yang sekaligus menjadi pembuka dari beberapa ikon Bali yang dipertunjukkan. Seperti Pura Tanah lot, Dewa Ruci yang merupakan simbol kepatuhan seorang murid pada guru, pakaian adat bali Payas Agung, Hari Raya Galungan, Pura Bedugul, Jalak dan bunga kamboja sebagai flora fauna khas Bali, Leak dan Barong yakni mahluk mitologi Bali. Serta Patung Garuda Wisnu Kencana yang diresmikan pada 2018 setelah lama pembangunan selama 28 tahun dan patung yang memasuki peringkat 7 patung terbesar di dunia.

Panasnya terik matahari dan kondisi lapangan yang berlumpur akibat hujan lokal tidak menyurutkan semangat para peserta untuk semaksimal mungkin membawakan kostum yang mereka pakai. Meski ada sedikit besitan rasa kecewa karena belum berhasil membawa pulang juara, apresiasi yang diberikan oleh warga di sepanjang rute pawai bersama ribath-ribath lain cukup menjadi obat tersendiri untuk membayar penat. Kalah menang sudah biasa bukan dalam perlombaan. (NZEE)

Leave a Reply