Mawaidh

BERITTIBA’ KEPADA NABI MUHAMMAD SAW

almardliyahppbu.com – Kalau saja seluruh pepohonan yang ada di dunia ditebang dijadikan tinta untuk menuliskan kebaikan Sayyidina Umar Bin Khattab maka tidak akan bisa selesai menuliskannya. Lalu Sayyidina Abu Bakar pun tinggal ditambahi dan dipersenkan dengan kebaikan Umar Bin Khattab tadi.  Apalagi kebaikan Nabi Muhammad, segarane segoro masih saja kurang jika dijadikan gambaran kebaikannya, kalau segoro segarane segoro itu baru cukup.

Kalau ingin tahu persis Nabi Muhammad itu seperti apa? Lihatlah Al-Qur’an. Sebab Akhlak Nabi Muhammad adalah Al–Qur’an. Maka tak ayal lagi Nabi Muhammad bisa disebut juga sebagai Nurul Qur’an. Kalau sudah terkena cahaya maka seseorang tidak akan keliru membedakan kebaikan dan kemaksiatan dalam hidupnya.

Kita ini apa-apanya ittiba’ kepada kyai. Sebab kyai adalah cerminan orang yang ittiba’ kepada Rasul dengan caranya sendiri dan dengan cara yang bisa kita ikuti.

Nabi Muhammad lahir tidak di tengah-tengah masyarakat yang sudah hebat tapi pada masa jahiliyah.

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاۤءَكُمْ بُرْهَانٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَاَنْزَلْنَآ اِلَيْكُمْ نُوْرًا مُّبِيْنًا

“Wahai manusia! Sesungguhnya telah sampai kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu, (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Qur’an). (QS. An-Nisa’ ayat 174).”

Nabi Muhammad hadir di tengah mereka sebagai petunjuk bagi mereka ke jalan yang benar. Hadirnya Nabi di tengah masyarakat pada zaman itu adalah sebuah keberuntungan bagi mereka untuk bisa beriman sebenarnya. Tetapi masyarakat percaya atau tidak, iman atau tidak adalah tergantung hidayahnya. Apakah ia mendapatkan hidayah atau tidak? diberikan hidayah itu juga termasuk keberuntungan yang diberikan Gusti Allah.

Kita itu termasuk beruntung karena meskipun bukan orang yang pernah bertemu Nabi Muhammad, bukan keturunan Nabi Muhammad tetapi beriman, tetapi menghormati beliau. Semua iman kita kepada Nabi Muhammad adalah sebuah anugerah. Maka kita pun harus mencontoh Nabi Muhammad, tapi ya semampunya kita saja.

Sebab semua ajaran Nabi itu tidak ada yang memberatkan kita. Kalau kita kesulitan melakukan sesuatu berarti kita tidak manut kanjeng Nabi. Contohnya adalah mengakhirkan sahur adalah sunnah Nabi, menyegerakan berbuka pun juga merupakan kesunnahan Nabi.

Orang kaya bersyukur itu derajatnya paling pendek, atasnya lagi adalah orang fakir bersabar tetap melakukan ibadah tidak mengeluh, atasnya lagi adalah orang fakir yang syukur. Orang fakir di mata manusia menjadi celaan tapi di mata Allah menjadi perhiasan. Allah selalu menyukai orang yang susah.

Tanda bukti cinta itu harus ngurip-nguripi sunnah Rasul. Jangan dipilihi!

Kita ini sekarang sedang memperingati Maulid Nabi Muhammad, membicarakan tentang kebaikan Nabi Muhammad ndak pernah ada habisnya. Tapi ya begitu namanya peringatan adalah supaya ingat! Namanya mencontoh teladan dari Kanjeng Nabi Muhammad ya semampunya kita saja. Kalau plek sama seperti nabi itu adalah hal yang tidak mungkin. Jadi ya kita tidak bisa mengklaim sesuatu hal yang tidak sama dengan Nabi adalah hal yang bid’ah dan tidak diperbolehkan. Sebab kita sendiri saja tidak pernah bertemu dan bersitatap dengan Nabi Muhammad secara langsung. Maka kita tidak bisa melakukan segala sesuatu yang ada sekarang sama persis dengan yang ada di zamannya Nabi.

Santri itu pasti sugih. Oleh karena itu santri itu doanya bukan

الللهم رزقني رزقا  واسعا

Untuk apa? Santri itu berdoanya

الللهم رزقني فهم النبييين و حفظ المرسلين و إلهام الملائكة المقربين يا أرحم الراحمين

Perkara sugih itu adalah hal yang gampang. Nabi Muhammad pernah dirayu untuk diberikan harta sebesar gunung saja tidak mau.

Nabi Muhammad menanyakan kepada sahabat tentang keadaan mereka. Lalu mereka menjawab bahwa mereka ayem dengan mengimani Allah dan Rasul-Nya. Lalu Nabi menanyakan tentang bukti tanda-tanda iman mereka. Lalu mereka menjawabnya bahwa tanda-tanda mereka beriman adalah: 1. Syukur terhadap nikmat, 2. Sabar ketika mendapat musibah, 3. Ridho ketika menerima takdir Allah. Ketiga ini kalau sudah benar-benar mancep maka akan menjadikan hidup kita ayem.

Orang yang shalih itu itu asal dia memenuhi hak Allah memenuhi hak makhluknya Allah maka ia sudah bisa dikatakan shalih.

Pendidikan dan pengajaran adalah hal yang berbeda. pendidikan adalah menancapkan keyakinan tentang etika, adab dan ketauhidan. Ketika berdzikir Allahu akbar maka yang dibatinkan adalah saya maha kecil, karena hakikatnya kebesaran adalah milik Allah semata. Agar akal kita bisa menerimanya.

Al Qur’an itu tidak terikat dengan masa dan waktu, apapun yang terjadi Al Qur’an pasti ada dan menerangkannya. Semoga dengan peringatan Maulid Nabi dan Harlah Yayasan Al Mardliyah menjadikan kita bertambah ilmunya, juga barokah. orang yang tambah ilmunya itu tambah ajrih kalo ilmu tambah manfaat barokah itu tambah wedi marang gusti Allah tambah zuhud.

من ازداد علما ولم يزدد هدى لم يزدد من الله إلا بعدا. من ازداد علما ولم زهدا لم يزدد من الله الا بعدا .

*Oleh KH. M. Syarofudin Ismail Qoimaz yang disarikan dari transkrip pengajian dalam Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Yayasan Al Mardliyah pada tanggal 07 Oktober 2023 di PP Nurul Qur’an Kebonagung Ploso Jombang.

Leave a Reply